Mau berbagi cerita saja seputar horor yang sering dibacarakan orang mengenai tempat-tempat angker kota Bandung. Kebetulan sekali saya adalah tetangga sebelah dari rumah kentang.
Sejujurnya selama 16 tahun saya hidup, belum pernah sama sekali saya mencium bau kentang disekitar rumah tersebut, Belum pernah, tak pernah, mustahil. Walaupun orang Bandung yang kerap lewat jalan Banda pada malam hari selalu mengeluhkan bau kentang yang ada disekitar rumah itu, saya sendiri saja yang sangat sering berjalan-jalan disekitar sana tak pernah mencium bau seperti itu.
Sebenarnya mereka tidak akan mengganggu kalian, bila kalian TIDAK MENGGANGGU mereka. Sebenarnya, bila ada suatu komunitas atau kumpulan orang yang datang, melihat-lihat atau sekedar berkunjung kesana, mereka sebenarnya merasa terganggu, asalkan jangan bertindak berlebihan. Sesuatu yang sangat mengganggu mereka adalah, bila kalian berusaha mendobrak pintu rumah itu dan nekat untuk masuk. Rumah itu juga tempat tinggal, rumah itu punya pemilik, bagi beberapa artikel yang menyatakan bila rumah itu tidak ada yang punya, itu semua hanyalah HOAX . Pemiliknya tetangga saya sendiri.
Kalian mungkin bertanya-tanya misteri dibalik rumah tersebut. Saya sendiri pun tak mengetahuinya, semua itu hanyalah misteri. Mungkin, saya tak terlalu setuju mengenai cerita seorang anak yang masuk dalam kuali kentang hingga terbunuh oleh pembantunya. Entahlah, apakah semua cerita sama seperti itu? Rumah kentang Jakarta, Surabaya, juga punya cerita yang sama seperti itu.
Ngomong-ngomong anjing yang sering berkeliaran disekitar rumah itu adalah anjingku! Banyak dari warga Bandung yang mengira itu adalah anjing jelmaan, kutukan, penjaga rumah, halah.. konyol. Kebetulan waktu itu saya sedang naik angkot dan dua orang mahasiswa membicarakan hal itu didepan saya, mereka tidak tahu bila saya adalah majikan anjingnya.
Rumah itu juga rumah biasa sama seperti rumah lainnya. Didalamnya ada tv, lampu, dan masih banyak lagi peralatan modern seperti yang kalian miliki saat ini. Biasanya saya dan kakak-kakak saya masuk lewat ruang rijsttafel belakang. Ada yang bilang bila masuk lewat pintu depan katanya tak bisa keluar lagi, wah masa? Lalu saya ini dianggap apa.
Nah, ini adalah gambar rumah kentang tahun 1922 yang diambil dari pesawat komersil Belanda, Luchtvaar-Afdeling. Sebelahnya (lapangan yang besar itu) adalah GOR Saparua. Sedangkan Lapangan yang besar sebelahnya lagi adalah Taman Maluku. Dari atas rumah kentang masih terlihat seperti kumpulan pohon, padahal bangunan nyatanya memang sudah ada, namun tertutup oleh rindangnya pohon trembesi. Komplek seputar ini biasa disebut Komplek Jaarbeurs kala itu, makanya kalian bisa melihat gedung putih yang dikawal patung gajah didepannya saat ini. Itulah penyebab mengapa ada tulisan 'Jaarbeurs' nya di depan gedung itu.
Tolong, boleh berkunjung, tapi ingat tata krama dan jangan ngotot mau masuk kedalam, bayangkan kalau anda yang memiliki rumah tersebut, pasti merasa terusik dengan orang-orang kepo yang nantangin datang kesana, apalagi kalau mengganggu penduduk sekitar. Untung saya cuma tetangganya. Coba kalau saya yang punya rumah. Apa lagi kalau berkunjung MALAM-MALAM jam 2 pagi. Kasian nenek saya, butuh istirahat, kalau ada orang di halaman, anjing di pagar tidak berhenti menggonggong.
Waktu itu ada sekumpulan anak berkunjung ke halaman rumah tersebut, malam-malam, Jum'at Kliwon, jam 12, bergerombol, kurang lebih puluhan orang. puluhan. pake motor, diantaranya ada yang pakai knalpot berisik, bawa cewek-cewek, gak jelas mau ngapain. kebetulan paman saya sedang menjaga dan tidur didalam rumah. karena terusik, paman saya nakutin-nakutin pake suara kuntil anak lewat jendela. dan laki-laki yang tadi udah maco bawa cewek dan motor berknalpot mantap, akhirnya sempoyongan juga. HAH. disela-sela terbiritnya mereka berkata, "#@$%ING!"
|
Woonkamer Rumah tersebut |
|
Gangpad |
|
Woonkamer (2) |
|
Rijstaffel |
|
Woonkamer (3) |
|
Hal |
|
Keukeun |
Camkan, This is just a common house, not a haunted one.
Nah itu pengalaman yang mau menantang..
Iya nasib saya sih, kalau diam di rumah, sampingnya rumah kentang, mana kamar saya dibelakang lagi. Kalau diam di sekolah, gedung sampingnya aula sekolah, tempat tinggalnya Urban Legend Bandung, Almh. Nancy.
Hipotesis Burgerkampen 1942
Setelah belajar sejarah, ada baiknya lebih cinta Indonesia, nasionalisme langsung naik setelah belajar sejarah. (Gara-gara sejarah dan tinggal di daerah AD saya sempat terpikir ingin jadi kowad). Balik lagi, ini soal Nippon, panggilan orang jaman dulu untuk 'Jepang'.
Mungkin adalah sedikit pengalaman astral sewaktu saya tinggal sementara disini tahun 2015. Saya bukan indigo, hanya sekedar mendapat mimpi, dari seorang anak Nederland(se) (Anak perempuan). Semenjak itu saya mulai berpikir, yang konon namanya 'Anak kentang' di rumah itu adalah laki-laki, menurut saya sebenarnya adalah anak perempuan. Saya tidak tahu namanya, yang dia beritahu kepada saya hanya umurnya, dan tempat bernaungnya. Awalnya, tangannya menunjukan angka 2, kaya peace gitu. Saya mulai berpikir, masa anak sebesar ini umurnya 2 tahun? Tahunya maksud beliau, umur dia 11 tahun.
Wajahnya sangat tirus, menjurus ke kurus, pucat abu-abu. Beliau tunawicara, makanya dia harus mengisyaratkan umurnya dengan tangan. Rambutnya blonde panjang agak lurus, tapi kering lepek bercabang. Tempat bernaungnya di teras tangga rumah kentang yang menghadap ke Menadostraat (Sekarang jalan Aceh)
|
Teras yang menghadap Menadostraat (Jalan Aceh) tempat Nederalandse kind bernaung. |
|
|
|
|
Lukisan 'Little Nell' yang bisa diilustrasikan sebagai anak tunawicara yang masuk mimpi saya. Asli! keduanya benar-benar mirip, hanya beda baju saja. Little Nell yang ada di mimpi saya memakai lekbong sambungan dress diatas lutut warna pudar. |
|
Tahukan di Indonesia tahun 1942 ada apa?
Ya, invasi Jepang.
Bandung menjadi kota kloter akhir yang diserang. Bandung dahulu adalah markas utama besar pertahanan KNIL yang terakhir, kota yang paling nggak direlain Belanda buat dilepas, berhubung memiliki populasi Nederlander yang cukup banyak. Nah, apa hubungannya dengan mitos rumah kentang?
Ini dia hipotesis Burgerkampen saya.
Tahu kan Jepang pernah bikin kamp konsentrasi mirip Nazi di Hindia-Belanda? Namanya Burgerkampen, atau Japansekampen.Kamp yang sengaja dibangun untuk menampung sipil Belanda selama masa kependudukan Nippon disini, termasuk di Bandung. Salah satu cabangnya, ada di dekat daerah Jaarbeurs, daerah rumah kentang Bandung tadi. Namanya Burgerkampen Tjihapit. (Cihapit)
|
peta Burgerkamp Tjihapit yang ada di dekat daerah Jaarbeurs. |
|
Kebetulan kamp yang ada di Cihapit, Bandung ini khusus untuk menampung sipil Belanda, berupa anak-anak dan wanita. Ada lagi yang di dekat Lembong, khusus laki-laki. Tapi saya hanya akan bahas yang di Cihapit.
Maka dari itu ada rel kereta api yang membelah kota Bandung jadi dua, Bandung utara dan Bandung selatan (Akhirnya nanti berpengaruh pada peristiwa Bandung Lautan Api 1946). Bandung utara kebanyakan dihuni oleh Belanda, karena dekat Lembang, sehingga mereka mudah menyesuaikan suhu disana. Sedangkan Bandung selatan oleh pribumi. Maka dari itu pula! Kebanyakan rumah jadul Art Deco peninggalan Belanda kebanyakan ada di Bandung utara, termasuk rumah kentang. Kamp yang dibangun pun kebanyakan di Bandung utara, kalaupun ada di kabupaten sekalipun, paling di Cimahi, tapi itu mah kamp khusus militer.
|
Rel kereta yang sengaja dibangun Belanda sebagai pembatas Bandung utara dan Selatan. |
Kamp Jepang bukanlah tempat yang menyenangkan tentunya. penghuninya dipaksa menjalani hidup seadanya di barak bekas tentara sempit diisi beribu warga dari berbagai rayon. Kebanyakan dahulu orang Belanda yang ada di Hindia Belanda adalah bangsawan menengah, kebayang bukan kalau orang kaya terpaksa menjalani hidup seperti itu? pasti rariweuh rusuh tidak terbiasa. Meninggal jadi berita sehari-hari yang didengar penghuni kamp, bukan suatu hal yang jarang lagi. Anak laki-laki usia diatas 10 tahun, langsung dibawa ke kamp pria, padahal belum bisa apa-apa. Kebayang betapa sedihnya hati si ibu kan? Hingga banyak dari wanita Belanda di kamp yang suka menyamarkan usia anaknya, tapi apa boleh buat, orang Nippon punya data-data mereka. (Referensi 'Fifty Years of Silence' Jan Ruff O'Herne, korban kamp Jepang Ambarawa, Jawa Tengah).
Maka dari itu saya punya hipotesa, kenapa 'Residual Energi' yang ada di sekitar rumah kentang, (Daerah yang nama jalannya diambil dari nama-nama daerah Indonesia) kebanyakan perempuan dan anak-anak. Mungkin, dari kamp Cihapit itu tadi.
Ada yang tahu buku itu kan?
Klopt!, bukunya Risa Sarasvati yang terkenal punya 5 sahabat 'Belanda'nya.
Nah, teman-temannya Risa itu kalau tidak salah juga korban kekejaman Nippon, tapi ya saya tidak tahu ya apakah mereka ikut masuk kamp atau tidak. 5 Sahabatnya dulunya kan juga orang Bandung.
Saya tidak tahu ada berapa 'anak' yang tinggal di kavling rumah kentang dan rumah nenek saya. Tapi kata kakak saya ada salah satu 'teman' Risa yang berteman dengan anak yang ada di sekitaran kavling rumah kentang dan rumah nenek saya. (Mengerti tidak?) Mungkin dulu mereka tetanggaan. Kan masa kecil saya dulu dihabiskan disana, kebetulan juga dulu punya teman 'main' dengan kakak-kakak saya, haha. Jadi teman kami yang ada disekitar rumah kentang, adalah teman dari salah satu kelima teman Risa.
Warga negara Indonesia yang baik, warga Bandung yang baik,
Sekarang (2016) rumah ini sudah banyak yang mau memperebutkan, baik untuk komersil ataupun kepentingan militer. Satu kata, ini Heritage.
Mari kita sama-sama menjaga cagar budaya Indonesia khusunya Bandung supaya tetap jadi ikon Parijs van Java nya. Jangan sampai tragedi penghancuran puluhan deretan rumah Art Deco di Jalan Sukabumi, Bandung, terulang lagi. Katanya mau dijadikan lahan terbuka hijau, okelah bagus. Tapi apa iya harus sampai menghancurkan cagar budaya?
Januari 2017 :
Setelah rumah ini berdiri lebih dari 1 abad, rasanya dari tahun 2016 ke 2017 kondisinya semakin memburuk. Karena suatu permasalahan, rumah diambil alih investor.
Gudang belakang rumah dihancurkan, halaman yang dulu rerumputan dan pohon rimbun diratakan jadi tanah gersang kemudian dibangun warung semi permanen.
Banyak orang bertanya pada saya apa yang terjadi pada rumah kentang. Apa daya saya tidak bisa melakukan apa-apa. Bukan tanah saya. Kami pun terancam hengkang. Konon katanya hendak dijadikan kafe.
Nenek saya sudah puluhan tahun tinggal disana lebih dahulu bahkan dihina dan dibentak dikudeta.
Memang bukan tanah kami, memang kami bukan orang kaya, bukan masalah hengkang atau tidak.
Tapi masalah transformasi rumah Heritage itu.
Merusak sejarah.
Jika saya kaya pun Insha Allah bisa menyelamatkan harta karun itu.
|
Puing bekas reruntuhan gudang belakang |
|
Proses pembuatan kafe yang bahkan terekam Google Maps |